Sunday, October 14, 2012

makalah termodinamika (nuklir)


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sampai saat ini Indonesia masih belum bisa terlepas dari ketergantungan terhadap energi fosil. Hal ini pun terjadi pada aspek pembangkit listrik yang digunakan. Saat ini Indonesia masih terus saja menggunakan sumber pembangkit listrik konvensional dengan bahan utama Air (PLTA), Panas Bumi (PLTP), Uap (PLTU), ataupun Gas (PLTG).
Sudah saatnya Indonesia memikirkan alternatif  lain terutama dibidang pembangkit listrik mengingat jumlah konsumsi listrik kita yang semakin lama semakin mengalami kenaikan yang tidak sedikit jumlahnya. Hal ini akan semakin rumit ketika sumber energi listrik yang digunakan hanya itu itu saja.
Alternatif yang saat ini muncul adalah dengan membangun sumber pembangkit listrik dengan bahan bakar nuklir atau yang lebih dikenal sebagai PLTN. Hal ini bisa diterima dengan akal kita mengingat Indonesia memiliki potensi dan sumber daya untuk membuat PLTN tersebut. Selain itu energi listrik yang dihasilkan pun dinilai bisa memenuhi permintaan masyarakat kita yang konsumsi listriknya semakin hari semakin meningkat.

1.2.Rumusan Masalah
Dari latar Belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa itu Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir?
2.      Apa saja jenis PLTN dan komponen apa saja yang ada di dalam reaktor nuklirnya?
3.      Bagaimana potensi PLTN dalam upaya peningkatan energi listrik di Indonesia?

1.3.Tujuan Penulisan Makalah
Selain rumusan masalah di atas, makalah ini juga disusun untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang :
1.      Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
2.      Jenis-jenis Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan komponen yang ada di dalam reaktor nuklirnya
3.      Potensi PLTN dalam upaya peningkatan energi listrik di Indonesia.

1.4.Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Penulis berharap materi yang ada pada makalah ini cukup untuk membuka mata, hati, dan pikiran kita semua.






BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Tinjauan Pustaka
      2.1.1.Definisi Pembangkit Listrik
                  Pembangkit listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga, seperti PLTU, PLTN, PLTA, dan lain-lain. Bagian utama dari pembangkit listrik ini adalah generator, yakni mesin berputar dan mengubah energi mekanis menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip medan magnet dan penghantar listrik, mesin generator ini diaktifkan dengan menggunakan berbagai sumber energi yang sangat bermanfaat dalam suatu pembangkit listrik.

      2.1.2. Definisi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
                  Pembangkit listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal dimana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik.

2.2.Pembahasan
      Kondisi saat ini dimana jumlah penduduk terus bertambah pesat mengakibatkan kebutuhan akan energi semakin meningkat terutama energi listrik. Hal ini didasarkan pada sifat pemakaian konsumtif yaitu sebagian besar pengguna listrik di Indonesia adalah golongan rumah tangga. Ketika permintaan yang besar ini tanpa didukung dengan pasokan yang besar pula akan menyebabkan terjadinya kekurangan. Ditambah lagi saat ini Perusahaan Listrik Negara atau PLN hanya mengandalkan penghasil energi dari pembangkit yang berbahan air (PLTA), Uap (PLTU), Gas (PLTG), dan Panas Bumi (PLTP).
      Sudah saatnya Indonesia mengunakan sesuatu yang baru seperti mulai mencari alternatif dari sumber-sumber di atas. Hal yang saat ini sedang menjadi fokus utama bangsa ini adalah untuk mencoba menggunakan nuklir sebagai bahan utama dalam suatu sistem pembangkit listrik atau yang lebih dikenal dengan Pembangkit listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Hal ini semakin kuat ketika adanya dasar hukum tentang kebijakan energi nasional yaitu Peraturan Presiden no.5 tahun 2006.

      2.2.1.Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Seperti halnya pembangkit listrik yang lain, pembangkit listrik tenaga nuklir adalah stasiun pembangkit listrik thermal dimana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load yaitu pembangkit yang dapat bekerja dengan baik ketika daya keluarannya konstan. Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe. Unit baru yang sedang dibangun pada tahun 2025 mempunyai daya 600-1200 MWe.
Pada tahun 1997 di seluruh dunia baik negara maju ataupun negara berkembang telah dioperasikan sebanyak 443 unit PLTN yang tersebar di 31 negara dengan kontribusi sekitar 18 % dari pasokan tenaga listrik dunia dengan total pembangkitan dayanya mencapai 351.000 Mwe dan 36 unit PLTN sedang dalam tahap kontruksi.

2.2.1.1. Perbedaan PLK dengan PLTN
      Dalam pembangkit listrik konvensional atau PLK, air diuapkan dalam suatu ketel melalui pembakaran bahan fosil ( minyak, batubara, dan gas). Uap yang dihasilkan dialirkan ke turbin uap yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin selanjutnya digunakan untuk menggerakan generator, sehingga akan dihasilkan tenaga listrik.
Pembangkit listrik dengan bahan batubara, minyak dan gas mempunyai potensi dapat menimbulkan dampak lingkungan dan masalah transportasi bahan bakar dari tambang menuju lokasi pembangkitan. Dampak lingkungan akibat pembakaran bahan bakar fosil dapat berupa CO2 (karbon dioksida), SO2 (sulfur oksida), dan NOx (Nitrogen Oksida), serta debu yang mengandung logam berat. Kekhawatiran terbesar dalam pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil adalah dapat menimbulkan hujam asam dan penasan global.



                                                     

     
Gambar 1. Perbadaan PLK dengan PLTN
                  PLTN berperasi dengan prinsip yang sama dengan PLK, hanya saja panas yang digunakan untuk menghasilkan uap tidak dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi dihasilkan dari pembelahan inti bahan fisil (uranium) dalam suatu reaktor nuklir, tenaga panas tersebut digunakan untuk membangkitkan uap di dalam sistem pembangkit uap dan selanjutnya sama seperti pada PLK, uap digunakan untuk memutar turbin, lalu memutar generator sebagai pembangkit listrik. Sebagai pemindah panas biasa digunakan air yang disirkulasikan secara terus menerus selama PLTN beroperasi.

2.2.2. Jenis-Jenis PLTN dan komponen dalam reaktor nuklir
                  2.2.2.1. Jenis-Jenis PLTN
                  PLTN dikelompokan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga PLTN yang menerapkan unit-unit independen, dan hal ini bisa menggunakan jenis reaktor yang berbeda.
1.      Reaktor Fisi
Adalah reaktor daya yang membangkitkan panas melalui reaksi fisi nuklir dari isotop fissil uranium dan plutonium. Reaktor daya fissi pun dikelompokkan menjadi :
a.       Reaktor Thermal, yaitu reaktor yang menggunakan moderator neutron untuk  melambatkan atau me moderate neutron sehingga mereka dapat menghasilkan reaksi fissi selanjutnya.
b.      Reaktor Cepat, yaitu reaktor yang menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron.
c.       Rektor subkritis, yaitu reaktor yang menggunakan sumber neutron luar ketimbang menggunakan reaksi berantai untuk menghasilkan reaksi fissi.
Reaktor Thermal juga terbagi menjadi :
1.      Light Water Reaktor (LWR) meliputi :
a.       Boiling Water Reactor (BWR)
b.      Pressurized Water Reactor (PWR)
c.       SSTAR, reaktor untuk jaringan kecil.
2.      Moderator Grafit  meliputi :
a.       Magnox
b.      Advanced gas cooled reaktor (AGR)
c.       High temperature gas cooled reactor (HTGR)
d.      RBMK
e.       Pebble Bed Reactor (PBMR)
3.      Moderator air berat meliputi :
a.       SGHWR
b.      CANDU

2.      Reaktor Fusi
Fusi nuklir menawarkan kemungkinan pelepasan energi yang besar dengan hanya sedikit limbah radioaktif yang dihasilkan serta dengan tingkat keamanan yang lebih baik. Namun demikian, saat ini masih terdapat kendala kendala bidang keilmuan, teknik dan ekonomi yang menghambat penggunaan energi fusi guna pembangkitan listrik.

2.2.2.2.Komponen dalam reaktor nuklir

a.       Moderator Neutron

Pada reaksi fisi, bahan bakar nuklir contohnya Uranium terbelah menjadi dua atom lebih kecil yang berbeda dan melepaskan energi disertai 2-3 neutron yang bergerak cepat. Neutron-neutron yang terlepas tersebut dapat ‘menabrak’ atom-atom Uranium lain di sekitarnya sehingga melepaskan energi yang sangat besar dan tidak terkontrol (reaksi fisi berantai), maka Moderator Neutron berfungsi sebagai medium yang mengurangi laju neutron untuk mencegah reaksi fisi berantai.
Gambar 2.  proses fisi di Inti Reaktor Nuklir yang mengalami proses moderasi (perlambatan neutron), reaksi fisi, dan absorpsi neutron.
Prinsip kerja Moderator Neutron adalah mereduksi energi kinetik neutron yang terlepas dari reaksi fisi dengan mengubahnya menjadi energi thermal. Neutron hasil dari reaksi fisi memiliki kecepatan yang tinggi, sehingga memiliki energi kinetik yang besar pula berdasarkan hubungan kecepatan dengan energi (rumus Energi Kinetik):
2
konversi energi terjadi di moderator neutron, yaitu saat neutron ‘menabrak’ material moderator neutron sehingga neutron kehilangan energi kinetiknya dan dikonversikan menjadi energi thermal. Hubungan energi kinetik dengan energi thermal dihubungkan oleh :
2
neutron hasil fisi memiliki kisaran energi sebesar 7-9 MeV, dan energi thermal yang dihasilkannya pun bisa sampai beberapa ratus derajat Celcius.
Material Moderator Neutron tidak dapat ditentukan sembarangan, harus dilakukan pemilihan sedemikian rupa berdasarkan beberapa faktor yang dapat menyebabkan neutron diperlambat sesuai dengan kebutuhan. Material yang biasa digunakan adalah :
·         Hidrogen, sering disebut dengan ‘air ringan’ (light water, H2O) memerlukan pengayaan (enrichment) bahan bakar dahulu untuk bisa beroperasi.
·         Deuterium, sering  disebut dengan ‘air berat’ (heavy water, D2O) tidak memerlukan pengayaan untuk beroperasi.
·         Karbon, tidak memerlukan pengayaan untuk beroperasi.
·         Berilium
·         Lithium-7
Moderator Neutron yang telah memiliki energi panas ini menransferkan energi panasnya di steam generator untuk mendidihkan fluida kerja lain yang menggerakan turbin atau moderator neutron langsung memutar turbin (moderator neutron sebagai fuida kerja utama, sistem ini ditemukan pada reaktor jenis BWR). Penransferan energi ini menjadi fungsi kedua dari fluida kerja, yaitu sebagai Sistem Pendingin.

b.       Sistem Pendingin

Ada 2 sistem pendingin pada Reaktor Nuklir (kecuali pada BWR), yang pertama adalah Sistem Pendinginan Primer dan yang kedua adalah Sistem Pendingin Sekunder.
Sistem Pendinginan Primer berisi fluida kerja utama yang berada di reaktor nuklir untuk memindahkan energi hasil dari reaksi fisi, sedangkan sistem pendinginan sekunder (umumnya terdapat  pada PWR) berisi fluida yang menerima energi dari sistem primer untuk mendidih dan memutar turbin

c.        Batang Kendali (Control Rods)

Setelah neutron diperlambat oleh Moderator Neutron, neutron tetap akan ‘menabrak’ atom bahan bakar yang lain dan terjadi reaksi fisi berantai, maka diperlukan Batang Kendali untuk menangkap neutron tersebut supaya tidak ‘menabrak’ atom lain.

Batang Kendali terdiri dari bahan-bahan kimia tertentu (contohnya Perak, Indium, Cadmium) yang dibentuk berupa batangan yang mampu mengabsorbsi neutron tanpa terjadi reaksi fisi lagi di bahan tersebut.


                          Gambar 3. Batang Kendali
d.      Pompa
Pompa pada reaktor umumnya memiliki dua fungsi, yaitu memompa fluida kerja di reaktor untuk terus bergulir dan memompa fluida kerja di kondensor.

e.        Pemampat (Pressurizer)

Komponen untuk mengatur tekanan di sistem sirkulasi primer pada reaktor jenis PWR

f.        Kondensor

Kondensor berfungsi sebagai kondensator fluida yang telah melewati turbin supaya tekanannya normal kembali dan suhunya normal.

g.      Tower Pendingin (Cooling Tower)

Tower Pendingin adalah tempat output energi termal dari sistem pendingin terakhir setelah mendinginkan sistem pendingin sekunder. Umumnya berbentuk seperti cerobong. Keluarannya berupa uap air dalam jumlah besar

h.      Bangunan Reaktor

Komponen yang paling membedakan PLTN dengan pembangkit lainnya adalah pada bangunan reaktornya, sedangkan prinsip pembangkitan listrik dari turbin ke generator sama dengan PLTP.
Bangunan Reaktor dibuat sebagai bentuk pertahanan radiasi gelombang radioaktif dari bahan bakar saat






Gambar 4. Bangunan Reaktor

2.2.3.      Potensi PLTN dalam upaya peningkatan energi listrik di Indonesia
Kondisi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan penigkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan kebutuhan listrik dikemudian hari yang diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6.5% per tahun hingga tahun 2020. Konsumsi listrik yang begitu besar akan menjadi suatu masalah bila dalam penyediannya tidak sejalan dengan kebutuhan.
Konsumsi energi listrik di Indonesia terfokus di Jawa-Bali atau sebesar 78% dari total keseluruhan konsumsi listrik nasional, karena 68% konsumennya berada di pulau Jawa-Bali. Bagian Indonesia yang lain mendapatkan porsi yang lebih kecil.
Berdasarkan data konsumsi listrik tahun 2008, 29.605 GWH atau 23% total konsumsi listrik indonesia terfokus di Ibukota dan Tanggerang. Pendistribusiannya terbagi menjadi :
No
Sektor
Persentase
1
Rumah Tangga
33%
2
Bisnis/Perkantoran/gedung komersial
30%
3
Sektor industri
30%
4
Gedung Pemerintahan
3%
5
Fasilitas publik dan sektor sosial
4%
Tabel 1. Data konsumsi listrik
Total keseluruhan listrik sebesar 29.605 GWH atau sama dengan 26.4 juta ton CO2 (Riset DJLPE 2004-2006 tentang emisi CO2 dari produksi listrik 0,891/MWh).
Badan Tenaga Nuklir Nasional menyebutkan, berdasarkan statistik PLTN dunia tahun 2002, terdapat 439 PLTN yang beroperasi di seluruh dunia dengan kapasitas total sekitar 360.064 GWe (gigawatt electrical), 35 PLTN dengan kapasitas 28.087 MWe (megawatt electrical) sedang dalam tahap pembangunan. PLTN yang direncanakan untuk dibangun ada 25 dengan kapasitas 29.385 MWe. Kebanyakan PLTN baru dan yang akan dibangun berada di beberapa negara Asia dan Eropa Timur.
Kapasitas listrik yang tersedia di Indonesia saat ini 30.000 MWe yang memenuhi 60 persen wilayah Indonesia. Pada 2025 dibutuhkan sekitar 100.000 MWe sehingga Indonesia akan mengalami kekurangan pasokan sebesar 70.000 MWe.
Pemenuhan itu kemungkinan hanya bisa didapat dari energi nuklir. Energi geotermal menghasilkan pasokan listrik sekitar 27.000 MW. Potensi sebesar itu tidak mungkin bisa dikembangkan seluruhnya atau hanya dapat terealisasi sekitar 9.000 MW. Potensi energi makrohidropower yang dimiliki sekitar 75.000 MW dan realisasinya hanya 10.000 MW. Total dari gabungan kedua energi itu hanya menghasilkan 19.000 MW atau masih ada kekurangan pasokan sekitar 50.000 MW.
Jika menggunakan energi surya, pada kapasitas 1 GW perlu luas area 20 kilometer persegi. Satu panel surya berukuran 1 meter persegi hanya menghasilkan 50 watt listrik. Namun, jika menggunakan PLTN, satu unit yang menghasilkan 1.000 MWe hanya memerlukan 2 kilometer persegi area. Sementara itu, Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Zaki Su’ud pada seminar Kesiapan Pembangunan PLTN di Indonesia di Jakarta, mengatakan, teknologi reaktor nuklir kini sudah semakin maju, bahkan reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dengan konsep Candle selain akan membuat harga listrik menjadi sangat murah juga memiliki tingkat keselamatan sangat tinggi. reaktor Candle yang diinisiasi oleh Terra Power Project milik Bill Gates itu 10 kali lebih efisien daripada reaktor nuklir konvensional. Reaktor tersebut menjadikan harga listrik hanya Rp 200-400 per kWh, bandingkan dengan listrik PLN yang harganya lebih dari Rp1.000 per kWh.
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Hudi Hastowo mengakui, dibanding negara tetangga lainnya Indonesia paling siap membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). “Secara infrastruktur kita paling siap membangun PLTN dibandingkan negara lain, sayangnya belum ada keputusan pemerintah untuk Go nuklir” ujarnya.
Dalam pemanfaatannya listrik yang dihasilkan dari PLTN memiliki keunggulan, antara lain:
·         Energi Bersih: Tidak mengeluarkan gas berbahaya seperti CO2, SOX dan NOX. Saat ini setiap tahun 25 milyar ton CO2 dilepas ke atmosfir, menyebabkan efek rumah kaca dan berujung pada pamanasan global. PLTN ramah lingkungan karena mampu mengurangi emisi CO2 yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil sehingga PLTN adalah solusi energi dalam mencegah pemanasan global.
·         Stabil dan efisien: PLTN mampu menghasilkan energi yang besar, dengan kesetaraan 1 gram EU (enrichment uranium) sebanding dengan 112 kg batubara membuat PLTN tidak membutuhkan bahan bakar. Penggantian bahan bakar dengan waktu 1,5 tahun membuat PLTN sangat efisien. Sehingga fluktuasi naik turunnya harga uranium tidak akan berpengaruh harga jual listrik dari PLTN.
·         Menjamin ketersediaan energi; Meningkatnya permintaan energi listrik sebesar 7,1% pertahun, ditambah lagi dengan krisis listrik yang terjadi belakangan ini, dibutuhkan pembangkit listrik yang mampu mensuplai energi listrik dengan daya besar.
·         Limbah dan daur bahan bakar: Untuk satu unit PLTN 1000 Mwe dengan operasi 40 tahun, hanya membutuhkan tempat penyimpanan limbah berukuran 3X4X10 m3. Limbah itu sendiri merupakan bahan bakar yang sudah terpakai (spent fuel). Namun demikian limbah itu juga merupakan aset yang berharga dimasa mendatang karena mampu didaur ulang menjadi bahan bakar PLTN lagi.Faktanya limbah nuklir jauh lebih aman daripada limbah industri lain, karena secara umum tatakelola limbah nuklir lebih diatur dan diawasi secara nasional dan internasional, sebagaimana pengoperasian PLTN itu sendiri.  Limbah nuklir jauh lebih sedikit dibanding limbah B3 dari industri lain sehingga mudah dikelola dan diawasi
·         Diversifikasi energi: PLTN akan mengurangi kebergantungan terhadap energi fosil. Kehadiran nuklir bukan untuk mengganti energi fosil tapi sebagai pelengkap untuk menjamin ketersediaan energi. Hal ini juga akan menyebabkan stabilnya harga jual listrik meskipun harga minyak dan batubara naik.
·         Penguasaan teknologi: Karena kemampuannya menghasilkan energi listrik yang besar, maka akan memacu pertumbuhan ekonomi dan mendorong perkembangan industri. Stabilitas ekonomi adalah jaminan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
·         Ekonomis: Biaya PLTN jauh lebih besar dikonstruksi dibandingkan dengan biaya bahan bakarnya. Dengan umur pembangkit yang mampu mencapai 60-70 tahun menyebabkan harga listrik PLTN paling murah jika dibanding dengan pembangkit lainnya.








BAB 3
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari bab sebelumnya, penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut :
1.      Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir adalah stasiun pembangkit listrik thermal dimana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load yaitu pembangkit yang dapat bekerja dengan baik ketika daya keluarannya konstan.
2.      Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe. Unit baru yang sedang dibangun pada tahun 2025 mempunyai daya 600-1200 MWe.
3.      Pengelompokkan PLTN didasarkan terhadap jenis yang reaktor yang digunakan dalam PLTN tersebut.
4.      PLTN berperasi dengan prinsip yang sama dengan PLK, hanya saja panas yang digunakan untuk menghasilkan uap tidak dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi dihasilkan dari pembelahan inti bahan fisil (uranium) dalam suatu reaktor nuklir, tenaga panas tersebut digunakan untuk membangkitkan uap di dalam sistem pembangkit uap dan selanjutnya sama seperti pada PLK, uap digunakan untuk memutar turbin, lalu memutar generator sebagai pembangkit listrik.
5.      Saat ini Indonesia tengah mengalami krisis dibidang kelistrikan dimana permintaan tidak diimbangi oleh pasokan listrik.
6.      Konsumsi yang besar itu sebagian besar didominasi oleh pemakaian konsumtif artinya hanya dikonsumsi untuk kepentingan rumah tangga.
7.      Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pembuatan PLTN karena wilayah dan SDA nya dinilai memadai.
8.      PLTN bisa menjadi alternatif dalam upaya mengatasi kekurangan terhadap energi listrik di Indonesia.

3.2.Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1.      Masyarakat harus mulai mengerti dengan keadaan sumber listrik di Indonesia.
2.      Pemerintah harus mulai berani dan serius terhadap program pembangunan PLTN, karena dampak positif dari PLTN lebih besar dibanding dengan dampak negatifnya, karena daya yang dibangkitkan oleh PLTN bisa mencukupi kebutuhan listrik dalam negeri.














DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2012).Pembangkit listrik.[online]. Tersedia: id.wikipedia.org/wiki/pembangkit­_listrik..[10 Oktober 2012];
Anonim.(2012).Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.[online]. Tersedia : id.wikipedia.org/wiki/pembangkit_listrik_tenaga_nuklir.[10 Oktober 2012].
Anonim.(2012).Prinsip Kerja PLTN.[online]. Tersedia : http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/energi-baru/nuklir/677-pltn-belum-menjadi-opsi-pln.html. [10 oktober 2012].
Sutrisno, Anton.(2012). PLTN Sebagai Salah Satu Sumber Energi Listrik Yang Ramah Lingkungan.[online]. Tersedia: antonsutrisno.webs.com/.../7027686-pltn-sebagai-salah satu-sumber-energi listrik-yang-ramah-lingkungan.[11 Oktober 2012].
Admin.(2012). Potensi PLTN.[online]. Tersedia : www.pelangi.com.[11 Oktober 2012].
Ridwana, Vicky.(2012).Artikel Terbaru Soal Nuklir.[online]. Tersedia : vickyridwana.com/artikel-terbaru-soal-nukli.[12 Oktober 2012].
RED.(2012).PLTN Atasi Kurangya Pasokan Energi Listrik.[online]. Tersedia: www.majalahfinance.co.id/pltn-atasi-kurang.[12 Oktober 2012].









No comments:

Post a Comment