BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sampai saat ini
Indonesia masih belum bisa terlepas dari ketergantungan terhadap energi fosil.
Hal ini pun terjadi pada aspek pembangkit listrik yang digunakan. Saat ini
Indonesia masih terus saja menggunakan sumber pembangkit listrik konvensional
dengan bahan utama Air (PLTA), Panas Bumi (PLTP), Uap (PLTU), ataupun Gas
(PLTG).
Sudah saatnya
Indonesia memikirkan alternatif lain
terutama dibidang pembangkit listrik mengingat jumlah konsumsi listrik kita
yang semakin lama semakin mengalami kenaikan yang tidak sedikit jumlahnya. Hal
ini akan semakin rumit ketika sumber energi listrik yang digunakan hanya itu
itu saja.
Alternatif yang
saat ini muncul adalah dengan membangun sumber pembangkit listrik dengan bahan
bakar nuklir atau yang lebih dikenal sebagai PLTN. Hal ini bisa diterima dengan
akal kita mengingat Indonesia memiliki potensi dan sumber daya untuk membuat
PLTN tersebut. Selain itu energi listrik yang dihasilkan pun dinilai bisa
memenuhi permintaan masyarakat kita yang konsumsi listriknya semakin hari
semakin meningkat.
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar Belakang di
atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apa itu Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir?
2.
Apa saja jenis PLTN
dan komponen apa saja yang ada di dalam reaktor nuklirnya?
3.
Bagaimana potensi PLTN
dalam upaya peningkatan energi listrik di Indonesia?
1.3.Tujuan
Penulisan Makalah
Selain rumusan masalah
di atas, makalah ini juga disusun untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang
:
1.
Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir
2.
Jenis-jenis Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir dan komponen yang ada di dalam reaktor nuklirnya
3.
Potensi PLTN dalam
upaya peningkatan energi listrik di Indonesia.
1.4.Manfaat
Penulisan Makalah
Makalah ini disusun
dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis.
Penulis berharap materi yang ada pada makalah ini cukup untuk membuka mata,
hati, dan pikiran kita semua.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.
Tinjauan Pustaka
2.1.1.Definisi
Pembangkit Listrik
Pembangkit listrik adalah
bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan
tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga, seperti PLTU, PLTN, PLTA, dan
lain-lain. Bagian utama dari pembangkit listrik ini adalah generator, yakni
mesin berputar dan mengubah energi mekanis menjadi energi listrik dengan
menggunakan prinsip medan magnet dan penghantar listrik, mesin generator ini
diaktifkan dengan menggunakan berbagai sumber energi yang sangat bermanfaat dalam
suatu pembangkit listrik.
2.1.2. Definisi Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir
Pembangkit listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal dimana panas yang
dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik.
2.2.Pembahasan
Kondisi saat ini dimana jumlah penduduk
terus bertambah pesat mengakibatkan kebutuhan akan energi semakin meningkat
terutama energi listrik. Hal ini didasarkan pada sifat pemakaian konsumtif
yaitu sebagian besar pengguna listrik di Indonesia adalah golongan rumah
tangga. Ketika permintaan yang besar ini tanpa didukung dengan pasokan yang
besar pula akan menyebabkan terjadinya kekurangan. Ditambah lagi saat ini Perusahaan
Listrik Negara atau PLN hanya mengandalkan penghasil energi dari pembangkit
yang berbahan air (PLTA), Uap (PLTU), Gas (PLTG), dan Panas Bumi (PLTP).
Sudah saatnya Indonesia mengunakan sesuatu
yang baru seperti mulai mencari alternatif dari sumber-sumber di atas. Hal yang
saat ini sedang menjadi fokus utama bangsa ini adalah untuk mencoba menggunakan
nuklir sebagai bahan utama dalam suatu sistem pembangkit listrik atau yang
lebih dikenal dengan Pembangkit listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Hal ini semakin
kuat ketika adanya dasar hukum tentang kebijakan energi nasional yaitu
Peraturan Presiden no.5 tahun 2006.
2.2.1.Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Seperti halnya pembangkit listrik yang lain, pembangkit
listrik tenaga nuklir adalah stasiun pembangkit listrik thermal dimana panas
yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit
listrik. PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load yaitu pembangkit yang
dapat bekerja dengan baik ketika daya keluarannya konstan. Daya yang
dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe. Unit baru
yang sedang dibangun pada tahun 2025 mempunyai daya 600-1200 MWe.
Pada tahun 1997 di seluruh dunia baik negara maju ataupun
negara berkembang telah dioperasikan sebanyak 443 unit PLTN yang tersebar di 31
negara dengan kontribusi sekitar 18 % dari pasokan tenaga listrik dunia dengan
total pembangkitan dayanya mencapai 351.000 Mwe dan 36 unit PLTN sedang dalam
tahap kontruksi.
2.2.1.1.
Perbedaan PLK dengan PLTN
Dalam pembangkit
listrik konvensional atau PLK, air diuapkan dalam suatu ketel melalui
pembakaran bahan fosil ( minyak, batubara, dan gas). Uap yang dihasilkan
dialirkan ke turbin uap yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran
turbin selanjutnya digunakan untuk menggerakan generator, sehingga akan
dihasilkan tenaga listrik.
Pembangkit listrik dengan bahan batubara, minyak dan gas
mempunyai potensi dapat menimbulkan dampak lingkungan dan masalah transportasi
bahan bakar dari tambang menuju lokasi pembangkitan. Dampak lingkungan akibat
pembakaran bahan bakar fosil dapat berupa CO2 (karbon dioksida), SO2 (sulfur
oksida), dan NOx (Nitrogen Oksida), serta debu yang mengandung logam berat.
Kekhawatiran terbesar dalam pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil adalah
dapat menimbulkan hujam asam dan penasan global.
Gambar
1. Perbadaan PLK dengan PLTN
PLTN
berperasi dengan prinsip yang sama dengan PLK, hanya saja panas yang digunakan
untuk menghasilkan uap tidak dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi
dihasilkan dari pembelahan inti bahan fisil (uranium) dalam suatu reaktor
nuklir, tenaga panas tersebut digunakan untuk membangkitkan uap di dalam sistem
pembangkit uap dan selanjutnya sama seperti pada PLK, uap digunakan untuk
memutar turbin, lalu memutar generator sebagai pembangkit listrik. Sebagai
pemindah panas biasa digunakan air yang disirkulasikan secara terus menerus
selama PLTN beroperasi.
2.2.2.
Jenis-Jenis PLTN dan komponen dalam reaktor nuklir
2.2.2.1. Jenis-Jenis PLTN
PLTN dikelompokan berdasarkan
jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga PLTN yang menerapkan unit-unit
independen, dan hal ini bisa menggunakan jenis reaktor yang berbeda.
1.
Reaktor Fisi
Adalah
reaktor daya yang membangkitkan panas melalui reaksi fisi nuklir dari isotop
fissil uranium dan plutonium. Reaktor daya fissi pun dikelompokkan menjadi :
a.
Reaktor Thermal, yaitu
reaktor yang menggunakan moderator neutron untuk melambatkan atau me moderate neutron sehingga
mereka dapat menghasilkan reaksi fissi selanjutnya.
b.
Reaktor Cepat, yaitu
reaktor yang menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator
neutron.
c.
Rektor subkritis,
yaitu reaktor yang menggunakan sumber neutron luar ketimbang menggunakan reaksi
berantai untuk menghasilkan reaksi fissi.
Reaktor
Thermal juga terbagi menjadi :
1.
Light Water Reaktor
(LWR) meliputi :
a.
Boiling Water Reactor
(BWR)
b.
Pressurized Water
Reactor (PWR)
c.
SSTAR, reaktor untuk
jaringan kecil.
2.
Moderator Grafit meliputi :
a.
Magnox
b.
Advanced gas cooled
reaktor (AGR)
c.
High temperature gas
cooled reactor (HTGR)
d.
RBMK
e.
Pebble Bed Reactor
(PBMR)
3.
Moderator air berat
meliputi :
a.
SGHWR
b.
CANDU
2.
Reaktor Fusi
Fusi
nuklir menawarkan kemungkinan pelepasan energi yang besar dengan hanya sedikit
limbah radioaktif yang dihasilkan serta dengan tingkat keamanan yang lebih
baik. Namun demikian, saat ini masih terdapat kendala kendala bidang keilmuan,
teknik dan ekonomi yang menghambat penggunaan energi fusi guna pembangkitan
listrik.
2.2.2.2.Komponen dalam
reaktor nuklir
a. Moderator Neutron
Pada reaksi fisi, bahan bakar nuklir contohnya Uranium
terbelah menjadi dua atom lebih kecil yang berbeda dan melepaskan energi
disertai 2-3 neutron yang bergerak cepat. Neutron-neutron yang terlepas
tersebut dapat ‘menabrak’ atom-atom Uranium lain di sekitarnya sehingga
melepaskan energi yang sangat besar dan tidak terkontrol (reaksi fisi berantai),
maka Moderator Neutron berfungsi sebagai medium yang mengurangi laju neutron
untuk mencegah reaksi fisi berantai.
Gambar 2. proses fisi di Inti Reaktor Nuklir
yang mengalami proses moderasi (perlambatan neutron), reaksi fisi, dan absorpsi
neutron.
Prinsip kerja Moderator Neutron adalah mereduksi energi
kinetik neutron yang terlepas dari reaksi fisi dengan mengubahnya menjadi
energi thermal. Neutron hasil dari reaksi fisi memiliki kecepatan yang tinggi,
sehingga memiliki energi kinetik yang besar pula berdasarkan hubungan kecepatan
dengan energi (rumus Energi Kinetik):
2
konversi energi terjadi di moderator neutron, yaitu saat
neutron ‘menabrak’ material moderator neutron sehingga neutron kehilangan
energi kinetiknya dan dikonversikan menjadi energi thermal. Hubungan energi
kinetik dengan energi thermal dihubungkan oleh :
2
neutron hasil fisi memiliki kisaran energi sebesar 7-9 MeV,
dan energi thermal yang dihasilkannya pun bisa sampai beberapa ratus derajat
Celcius.
Material Moderator Neutron tidak dapat ditentukan
sembarangan, harus dilakukan pemilihan sedemikian rupa berdasarkan beberapa
faktor yang dapat menyebabkan neutron diperlambat sesuai dengan kebutuhan.
Material yang biasa digunakan adalah :
·
Hidrogen, sering disebut
dengan ‘air ringan’ (light water, H2O) memerlukan pengayaan
(enrichment) bahan bakar dahulu untuk bisa beroperasi.
·
Deuterium, sering disebut dengan ‘air berat’ (heavy water, D2O)
tidak memerlukan pengayaan untuk beroperasi.
·
Karbon, tidak
memerlukan pengayaan untuk beroperasi.
·
Berilium
·
Lithium-7
Moderator Neutron yang telah memiliki energi panas ini
menransferkan energi panasnya di steam
generator untuk mendidihkan fluida kerja lain yang menggerakan turbin atau
moderator neutron langsung memutar turbin (moderator neutron sebagai fuida
kerja utama, sistem ini ditemukan pada reaktor jenis BWR). Penransferan energi
ini menjadi fungsi kedua dari fluida kerja, yaitu sebagai Sistem Pendingin.
b. Sistem Pendingin
Ada 2 sistem pendingin pada Reaktor Nuklir (kecuali pada
BWR), yang pertama adalah Sistem Pendinginan Primer dan yang kedua adalah
Sistem Pendingin Sekunder.
Sistem Pendinginan Primer berisi fluida kerja utama yang
berada di reaktor nuklir untuk memindahkan energi hasil dari reaksi fisi,
sedangkan sistem pendinginan sekunder (umumnya terdapat pada PWR) berisi fluida yang menerima energi
dari sistem primer untuk mendidih dan memutar turbin
c. Batang Kendali (Control Rods)
Setelah neutron diperlambat oleh Moderator Neutron, neutron tetap akan ‘menabrak’ atom bahan bakar yang lain dan terjadi reaksi fisi berantai, maka diperlukan Batang Kendali untuk menangkap neutron tersebut supaya tidak ‘menabrak’ atom lain.
Batang Kendali terdiri dari bahan-bahan kimia tertentu
(contohnya Perak, Indium, Cadmium) yang dibentuk berupa batangan yang mampu
mengabsorbsi neutron tanpa terjadi reaksi fisi lagi di bahan tersebut.
Gambar 3. Batang Kendali
d.
Pompa
Pompa pada reaktor umumnya memiliki dua fungsi, yaitu
memompa fluida kerja di reaktor untuk terus bergulir dan memompa fluida kerja
di kondensor.
e. Pemampat (Pressurizer)
Komponen untuk mengatur tekanan di sistem sirkulasi primer
pada reaktor jenis PWR
f. Kondensor
Kondensor berfungsi sebagai kondensator fluida yang telah
melewati turbin supaya tekanannya normal kembali dan suhunya normal.
g. Tower Pendingin (Cooling Tower)
Tower Pendingin adalah tempat output energi termal dari
sistem pendingin terakhir setelah mendinginkan sistem pendingin sekunder.
Umumnya berbentuk seperti cerobong. Keluarannya berupa uap air dalam jumlah
besar
h. Bangunan Reaktor
Komponen yang paling membedakan PLTN dengan pembangkit
lainnya adalah pada bangunan reaktornya, sedangkan prinsip pembangkitan listrik
dari turbin ke generator sama dengan PLTP.
Bangunan Reaktor
dibuat sebagai bentuk pertahanan radiasi gelombang radioaktif dari bahan bakar
saat
Gambar 4. Bangunan Reaktor
2.2.3.
Potensi PLTN dalam upaya peningkatan energi listrik di
Indonesia
Kondisi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat
sejalan dengan penigkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan kebutuhan
listrik dikemudian hari yang diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6.5% per tahun
hingga tahun 2020. Konsumsi listrik yang begitu besar akan menjadi suatu
masalah bila dalam penyediannya tidak sejalan dengan kebutuhan.
Konsumsi energi listrik di Indonesia terfokus di Jawa-Bali
atau sebesar 78% dari total keseluruhan konsumsi listrik nasional, karena 68%
konsumennya berada di pulau Jawa-Bali. Bagian Indonesia yang lain mendapatkan
porsi yang lebih kecil.
Berdasarkan data konsumsi listrik tahun 2008, 29.605 GWH
atau 23% total konsumsi listrik indonesia terfokus di Ibukota dan Tanggerang.
Pendistribusiannya terbagi menjadi :
No
|
Sektor
|
Persentase
|
1
|
Rumah Tangga
|
33%
|
2
|
Bisnis/Perkantoran/gedung komersial
|
30%
|
3
|
Sektor industri
|
30%
|
4
|
Gedung Pemerintahan
|
3%
|
5
|
Fasilitas publik dan sektor sosial
|
4%
|
Tabel 1. Data
konsumsi listrik
Total keseluruhan listrik sebesar 29.605 GWH atau sama
dengan 26.4 juta ton CO2 (Riset DJLPE 2004-2006 tentang emisi CO2 dari produksi
listrik 0,891/MWh).
Badan Tenaga Nuklir Nasional menyebutkan, berdasarkan statistik PLTN
dunia tahun 2002, terdapat 439 PLTN yang beroperasi di seluruh dunia dengan
kapasitas total sekitar 360.064 GWe (gigawatt electrical), 35 PLTN dengan
kapasitas 28.087 MWe (megawatt electrical) sedang dalam tahap pembangunan. PLTN
yang direncanakan untuk dibangun ada 25 dengan kapasitas 29.385 MWe. Kebanyakan
PLTN baru dan yang akan dibangun berada di beberapa negara Asia dan Eropa
Timur.
Kapasitas listrik yang tersedia di Indonesia saat ini 30.000 MWe yang
memenuhi 60 persen wilayah Indonesia. Pada 2025 dibutuhkan sekitar 100.000 MWe
sehingga Indonesia akan mengalami kekurangan pasokan sebesar 70.000 MWe.
Pemenuhan itu kemungkinan hanya bisa didapat dari energi nuklir. Energi
geotermal menghasilkan pasokan listrik sekitar 27.000 MW. Potensi sebesar itu
tidak mungkin bisa dikembangkan seluruhnya atau hanya dapat terealisasi sekitar
9.000 MW. Potensi energi makrohidropower yang dimiliki sekitar 75.000 MW dan
realisasinya hanya 10.000 MW. Total dari gabungan kedua energi itu hanya
menghasilkan 19.000 MW atau masih ada kekurangan pasokan sekitar 50.000 MW.
Jika
menggunakan energi surya, pada kapasitas 1 GW perlu luas area 20 kilometer
persegi. Satu panel surya berukuran 1 meter persegi hanya menghasilkan 50 watt
listrik. Namun, jika menggunakan PLTN, satu unit yang menghasilkan 1.000 MWe
hanya memerlukan 2 kilometer persegi area. Sementara itu, Guru Besar Institut
Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Zaki Su’ud pada seminar Kesiapan Pembangunan
PLTN di Indonesia di Jakarta, mengatakan, teknologi reaktor nuklir kini sudah
semakin maju, bahkan reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dengan
konsep Candle selain akan membuat harga listrik menjadi sangat murah juga
memiliki tingkat keselamatan sangat tinggi. reaktor Candle yang diinisiasi oleh
Terra Power Project milik Bill Gates itu 10 kali lebih efisien daripada reaktor
nuklir konvensional. Reaktor tersebut menjadikan harga listrik hanya Rp 200-400
per kWh, bandingkan dengan listrik PLN yang harganya lebih dari Rp1.000 per
kWh.
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Hudi Hastowo
mengakui, dibanding negara tetangga lainnya Indonesia paling siap membangun
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). “Secara infrastruktur kita paling siap
membangun PLTN dibandingkan negara lain, sayangnya belum ada keputusan
pemerintah untuk Go nuklir” ujarnya.
Dalam pemanfaatannya listrik yang dihasilkan dari PLTN
memiliki keunggulan, antara lain:
·
Energi Bersih:
Tidak mengeluarkan gas berbahaya seperti CO2, SOX dan NOX. Saat ini setiap
tahun 25 milyar ton CO2 dilepas ke atmosfir, menyebabkan efek rumah kaca dan
berujung pada pamanasan global. PLTN ramah lingkungan karena mampu mengurangi
emisi CO2 yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil sehingga PLTN
adalah solusi energi dalam mencegah pemanasan global.
·
Stabil dan
efisien: PLTN mampu menghasilkan energi yang besar, dengan kesetaraan 1 gram EU
(enrichment uranium) sebanding dengan 112 kg batubara membuat PLTN tidak
membutuhkan bahan bakar. Penggantian bahan bakar dengan waktu 1,5 tahun membuat
PLTN sangat efisien. Sehingga fluktuasi naik turunnya harga uranium tidak akan
berpengaruh harga jual listrik dari PLTN.
·
Menjamin
ketersediaan energi; Meningkatnya permintaan energi listrik sebesar 7,1%
pertahun, ditambah lagi dengan krisis listrik yang terjadi belakangan ini,
dibutuhkan pembangkit listrik yang mampu mensuplai energi listrik dengan daya
besar.
·
Limbah dan
daur bahan bakar: Untuk satu unit PLTN 1000 Mwe dengan operasi 40 tahun, hanya
membutuhkan tempat penyimpanan limbah berukuran 3X4X10 m3. Limbah
itu sendiri merupakan bahan bakar yang sudah terpakai (spent fuel). Namun
demikian limbah itu juga merupakan aset yang berharga dimasa mendatang karena
mampu didaur ulang menjadi bahan bakar PLTN lagi.Faktanya limbah nuklir jauh lebih aman daripada limbah
industri lain, karena secara umum tatakelola limbah nuklir lebih diatur dan
diawasi secara nasional dan internasional, sebagaimana pengoperasian PLTN itu
sendiri. Limbah nuklir jauh lebih sedikit dibanding limbah B3 dari
industri lain sehingga mudah dikelola dan diawasi
·
Diversifikasi
energi: PLTN akan mengurangi kebergantungan terhadap energi fosil. Kehadiran
nuklir bukan untuk mengganti energi fosil tapi sebagai pelengkap untuk menjamin
ketersediaan energi. Hal ini juga akan menyebabkan stabilnya harga jual listrik
meskipun harga minyak dan batubara naik.
·
Penguasaan
teknologi: Karena kemampuannya menghasilkan energi listrik yang besar, maka
akan memacu pertumbuhan ekonomi dan mendorong perkembangan industri. Stabilitas
ekonomi adalah jaminan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
·
Ekonomis:
Biaya PLTN jauh lebih besar dikonstruksi dibandingkan dengan biaya bahan
bakarnya. Dengan umur pembangkit yang mampu mencapai 60-70 tahun menyebabkan
harga listrik PLTN paling murah jika dibanding dengan pembangkit lainnya.
BAB 3
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian
dari bab sebelumnya, penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut :
1.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
adalah stasiun pembangkit listrik thermal dimana panas yang dihasilkan
diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. PLTN termasuk
dalam pembangkit daya base load yaitu pembangkit yang dapat bekerja dengan baik
ketika daya keluarannya konstan.
2.
Daya yang dibangkitkan
per unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe. Unit baru yang sedang
dibangun pada tahun 2025 mempunyai daya 600-1200 MWe.
3.
Pengelompokkan PLTN didasarkan
terhadap jenis yang reaktor yang digunakan dalam PLTN tersebut.
4.
PLTN berperasi dengan prinsip yang
sama dengan PLK, hanya saja panas yang digunakan untuk menghasilkan uap tidak
dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi dihasilkan dari pembelahan inti
bahan fisil (uranium) dalam suatu reaktor nuklir, tenaga panas tersebut
digunakan untuk membangkitkan uap di dalam sistem pembangkit uap dan
selanjutnya sama seperti pada PLK, uap digunakan untuk memutar turbin, lalu
memutar generator sebagai pembangkit listrik.
5.
Saat ini Indonesia tengah
mengalami krisis dibidang kelistrikan dimana permintaan tidak diimbangi oleh
pasokan listrik.
6.
Konsumsi yang besar itu sebagian
besar didominasi oleh pemakaian konsumtif artinya hanya dikonsumsi untuk
kepentingan rumah tangga.
7.
Indonesia memiliki potensi yang
besar dalam pembuatan PLTN karena wilayah dan SDA nya dinilai memadai.
8.
PLTN bisa menjadi alternatif dalam
upaya mengatasi kekurangan terhadap energi listrik di Indonesia.
3.2.Saran
Sejalan dengan simpulan
di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1.
Masyarakat harus mulai mengerti
dengan keadaan sumber listrik di Indonesia.
2.
Pemerintah harus mulai berani dan
serius terhadap program pembangunan PLTN, karena dampak positif dari PLTN lebih
besar dibanding dengan dampak negatifnya, karena daya yang dibangkitkan oleh
PLTN bisa mencukupi kebutuhan listrik dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.(2012).Pembangkit listrik.[online].
Tersedia: id.wikipedia.org/wiki/pembangkit_listrik..[10
Oktober 2012];
Anonim.(2012).Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir.[online]. Tersedia : id.wikipedia.org/wiki/pembangkit_listrik_tenaga_nuklir.[10
Oktober 2012].
Anonim.(2012).Prinsip Kerja PLTN.[online].
Tersedia : http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/energi-baru/nuklir/677-pltn-belum-menjadi-opsi-pln.html.
[10 oktober 2012].
Sutrisno, Anton.(2012). PLTN Sebagai Salah
Satu Sumber Energi Listrik Yang Ramah Lingkungan.[online]. Tersedia: antonsutrisno.webs.com/.../7027686-pltn-sebagai-salah
satu-sumber-energi listrik-yang-ramah-lingkungan.[11 Oktober 2012].
Admin.(2012). Potensi PLTN.[online]. Tersedia :
www.pelangi.com.[11 Oktober 2012].
Ridwana, Vicky.(2012).Artikel Terbaru Soal
Nuklir.[online]. Tersedia : vickyridwana.com/artikel-terbaru-soal-nukli.[12
Oktober 2012].
RED.(2012).PLTN Atasi Kurangya Pasokan Energi
Listrik.[online]. Tersedia: www.majalahfinance.co.id/pltn-atasi-kurang.[12 Oktober
2012].
No comments:
Post a Comment